(Prawitasari, 1989). Sarafino (1994) mencoba mengkonseptualsasikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu stimulus, respon, dan proses.
- Stimulus
- Respons
- Proses
Model- model stress
Cox (dalam Crider dkk., 1983) mengemukakan tiga model pendekatan stres, yaitu Respon-based model, Stimulus-based model, dan Interactional model.
- Respon-based Model
- Stimulus-based Model
- Interactional Model
Jenis stress
Holahan (1981) menyebutkan jenis stres yang dibedakan menjadi dua bagian, yaitu systemic stress dan psychological stress. Systemic stress didefinisikan oleh Selye (dalam Holahan, 1981) sebagai respon non spesifik dari terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Ia menyebut kondisi-kondisi pada lingkungan yang menghasilkan stres, misalnya racun kimia sebagai stresor. Psychological stress terjadi ketika individu menjumpai kondisi lingkungan yang penuh stres sebagai ancaman yang kuat menantang atau melampaui kemampuan copingnya (Lazarus dalam Holahan, 1981).
Sebuah situasi dapat terlihat sebagai suatu ancaman dan berbahaya secara potensial apabila melibatkan hal yang memalukan, kehilangan harga diri, kehilangan pendapatan, dan seterusnya (dalam Heimstra dan Farlling, 1978). Hasil penelitian dari Levy dkk. (1984) ditemukan bahwa stres dapat ditimbulkan dari kondisi-kondisi yang bermacam-macam, seperti di tempat kerja, di lingkungan fisik dan kondisi sosial. Stres yang timbul dari kondisi sosial bisa saja dari lingkungan rumah, sekolah maupun tempat kerja.
Dalam mengulas dampak lingkungan binaan terutama bangunan terhadap stres psikologis, Zimring (dalam Prawitasari, 1989) mengajukan dua pengandaian. Yang pertama, stres dihasilkan oleh proses dinamik ketika orang berusaha memperoleh kesesuian antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dengan apa yang disajikan oleh lingkungan. Proses ini dinamik karena kebutuhan-kebutuhan individual sangat bervariasi sepanjang waktu dan berbagai macam untuk masing-masing individu dan cara penyesuaiannya pun bermacam-macam tiap masing-masing individu.
Pengandaian kedua adalah bahwa variabel transmisi harus diperhitungkan bila mengkaji stres psikologis yang disebabkan oleh lingkungan binaan, misalnya perkantoran, status, anggapan tentang control, pengaturan ruang dan kualitas lain dapat menjadi variabel transmisi yang berpengaruh pada pandangan individu terhadap situasi yang dapat dipakai untuk menentukan apakah situasi tersebut menimbulkan stres atau tidak.
Fontana (1989) menyebutkan bahwa stres lingkungan berasal dari sumber yang berbeda-beda seperti tetangga yang ribut dan kecemasan financial atas ketidakmampuan membayar pengeluaran-pengeluaran rumah tangga.
Singer dan Baum (dalam Evans, 1982) mengartikan stres lingkungan dalam tiga faktor, yaitu :
1.Stresor fisik (misalnya suara)
2.Penerimaan individu terhadap stresor yang dianggap sebagai ancaman (appraisal of the stressor)
3.Dampak stresor pada organism (dampak fisiologi)
Fontana (1989) menyebutkan bahwa sumber utama dari stres di dalam dan di sekitar rumah adalah sebagai berikut :
1.Stres karena teman kerja (partner)
2.Stres karena anak-anak
3.Stres karena pengaturan tempat tinggal setempat
4.Tekanan-tekanan lingkungan
Peran Stres dalam Memahami Hubungan Manusia dengan Lingkungan
Menurut Veitch dan Arkkelin (1995), stres dicirikan sebagai proses yang membuka pikiran kita, sehingga kita akan ketemu dengan stresor, menjadi sadar akan bahaya, memobilisasi usaha kita untuk mengatasinya, mendorong untuk melawannya, serta yang membuat kita berhasil atau gagal dalam beradaptasi.
Ketika tidak mengalami stres, individu umumnya menggunakan banyak waktunya untuk mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Bahkan suatu stres terkadang tidak terkait dengan masalah ketidakseimbangan (disekuilibrium). Dimana lingkungan menyajikan tantangan yang terlalu besar atau individual dapat menghilangkannya dengan kemampuan coping behavior. Di pihak lain, individu juga dapat mengalami keduanya. Pada kondisi inilah terjadi disekuilibrium, yang bergantung dari proses-proses fisik, psikologis, dan fisiologis.
Kita akan mencoba menguraikan kondisi-kondisi dimana hal tersebut akan terjadi mencermatinya pada individu-individu yang dipengaruhi. Pada akhirnya kita dapat menyarankan cara-cara pencegahan terhadap stres dan pengaruh yang merugikan. Sehingga kedua hal tersebut dapat diasumsikan untuk dapat kita hindari.
Prabowo, hendro.1998.Pengantar Psikologi Lingkungan.Jakarta.Gunadarma.